Minggu, 30 September 2018

Misteri Alkemis Menciptakan Emas

Cobalah merenungkan betapa ajaibnya perubahan suatu zat menjadi zat lain, yang menjadi dasar metalurgi sejak dimulainya ilmu Alkemis pada akhir zaman Neolitikum, kebudayaan yang tidak memahami fisika atau kimia secara formal. Bagi ahli alkimia, tak ada alasan kuat untuk memisahkan ranah pengetahuan kimiawi (material) dengan ranah pengetahuan penafsiran, perlambangan, atau filsafat.





Ahli alkimia atau alkemis meyakini bahwa seluruh alam semesta sedang bergerak menuju keadaan sempurna dimana emas, karena tak bisa rusak, dianggap zat yang paling sempurna. Dengan mencoba mengubah logam biasa menjadi emas, mereka sebenarnya mencoba membantu alam semesta. Maka, cukup logis jika mereka berpikir bahwa dengan memahami rahasia ketidakberubahan emas, mereka akan menemukan kunci untuk menangkal penyakit dan pembusukan organik, demikianlah hubungan antara tema-tema kimiawi, spiritual, dan astrologi menjadi ciri-ciri alkimia zaman pertengahan.

Bukan hanya itu saja Alkemis ini berupaya mencari atau mendapatkan rumus kimia untuk pembuatan Philosopher's Stone yang berfungsi untuk mengubah logam menjadi emas, pembuatan Elixir yaitu obat yang menyembuhkan segala macam jenis penyakit dan Elixir of Life/Youth yang memungkinkan mereka hidup lebih lama daripada Manusia pada umumnya.


Lalu bagaimana para alkemis ini meng-klaim dapat menciptakan emas?


Sebagaimana yang disebutkan diatas, upaya para alkemis adalah untuk menemukan ramuan untuk hidup kekal. Di India kuno, ramuan ini dihubungkan dengan pembuatan emas, yakni mencampurkan air raksa dan belerang. Jumlah atom raksa atau merkuri adalah 80, sedangkan emas adalah 79. Ini berarti merkuri berada tepat di sebelah emas pada tabel unsur periodik


Alkimiawan Barat umumnya menelusur asal usul Alkimia barat ke Mesir Kuno. Metalurgi dan mistisisme berhubungan erat di dunia kuno, karena perubahan biji timah menjadi emas pasti bagi mereka merupakan sihir. Oleh karena itu, diperkirakan alkimia di Mesir Kuno dikuasai oleh kelas pendeta.

Geber, Jabir ibn Hayyan, lahir di Persia (Iran) pada abad ke 6 Masehi. Geber memberi sistem dan membawa metode eksperimental ke alkimia. Dia percaya semua logam didasarkan pada merkuri yang dicampur dalam proporsi yang berbeda dan kemurnian yang berbeda dengan belerang. Jika merkuri dan belerang sempurna murni dan dicampur dalam proporsi yang sempurna, mereka akan membentuk emas.

Pada tahun 1700 terkenal juga pria misterius bernama Count St. Germain. Dia memiliki banyak permata dan emas yang dibawanya kemana-mana. Dalam satu kesempatan, ia mengatakan kalau ia memiliki kemampuan untuk mengubah logam dasar menjadi emas dan mampu mengubah beberapa permata kecil menjadi satu permata yang lebih besar. Bukan hanya itu, ia bahkan juga mengklaim mampu mengubah batu biasa menjadi berlian.

St germain pernah muncul di Belgia, membeli sebidang tanah dan hidup dengan nama alias "Surmont". Kemudian, ia menawarkan metode pewarnaan kain dan ramuan minyaknya kepada pihak kerajaan. Dalam proses penawaran ini, ia bertemu dengan salah seorang menteri Belgia bernama Karl Cobenz.

Kepada Cobenz, Count mengungkapkan kalau ia adalah seorang keturunan raja. Belakangan, Cobenz mengaku kalau ia telah melihat count mengubah segumpal logam menjadi emas. Ini cukup menarik karena seorang menteri kerajaan tidak biasa mengucapkan sesuatu yang bohong.

Cassanova yang termashyur juga pernah melihat Count mengubah logam menjadi emas. Suatu hari, ia mengunjungi laboratorium Count dan memberikannya sebuah koin logam biasa. Tidak lama kemudian, ia melihat koin logam itu telah berubah menjadi emas.

Sekarang, orang mulai mengenalnya sebagai seorang alkemis yang juga keturunan raja. Namun, segala sesuatu mengenai pria ini masih kabur dan misterius. 
Lalu, ia menghilang kembali selama 11 tahun.

Akhir 1781 Seorang pria bernam James Price menyatakan telah menghasilkan bubuk yang bisa men-transmutasi air raksa menjadi perak atau emas. Namun hal itu masih dipertanyakan kebenarannya

Idealisme transmutasi zat dalam alkimia menjadi terkenal lagi pada abad ke-20 ketika para fisikawan mampu mengubah atom timah menjadi atom emas melalui reaksi nuklir. Namun, atom emas baru ini, karena merupakan isotop yang labil, hanya bertahan lima detik lalu terurai. Lebih belakangan, laporan mengenai transmutasi unsur atas-tabel — dengan cara elektrolisis atau kavitasi suara — menjadi pusat kontroversi fusi dingin (cold fusion) pada tahun 1989. Tak satu pun klaim-klaim ini dapat diduplikasi. Dalam kedua kasus ini, kondisi yang diperlukan berada jauh di luar jangkauan para ahli alkimia kuno.

Emas sebenarnya terbentuk karena ledakan bintang-bintang yang dinamakan supernova.
Emas sendiri mulanya ‘dimasak’ di ruang angkasa berasal dari serpihan debu dari ledakan bintang. Bintang terdiri atas gas yang paling sederhana yaitu Helium. Seiring dengan waktu, gaya gravitasi yang terjadi oleh benda-benda di sekitar bintang menyebabkan terjadinya proses fusi nuklir pada bintang. Proses ini menyebabkan pelepasan energi dari atom-atom hidrogen, membuat bintang bisa bersinar. Setelah jutaan tahun, fusi nuklir menyebabkan atom-atom helium berubah menjadi atom dengan berat yang lebih besar seperti oksigen, nikel dan bahkan besi. Karena menjadi lebih berat, tekanan pada bintang membesar dan menyebabkan ledakan supernova.

Energi ledakan supernova ini sangat besar, menyebabkan proton menyatu dengan elektron membentuk neutron. Neutron yang tidak memiliki muatan dapat dengan mudah ditangkap oleh molekul besi. Berdasarkan banyaknya neutron yang ditangkap, besi bisa bertransformasi menjadi perak, emas, dan bahkan uranium. Serpihan emas perak dan logam-logam lain ini kemudian menjadi seperti debu yang berterbangan di ruang angkasa. Beberapa membentuk planet. Beberapa terhambur ke planet-planet yang sudah ada, termasuk bumi. Sering dengan waktu karena perubahan cuaca dan suhu, emas terkubur jauh di dalam perut bumi.

Lalu bagaimana cara mengubah emas dari logam biasa? Dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan particle accelerator, prinsip kerjanya adalah dengan meniru reaksi nuklir yang terjadi pada bintang. Namun, alat ini mengubah emas secara sangat perlahan, dari atom ke atom. Jadi akan butuh waktu sampai kira-kira kiamat untuk menghasilkan 1 gram emas. Jadi nampaknya ini bukan solusi yang efektif.

Solusi lainnya adalah dengan menambang emas di laut. Karena laut diperkirakan mengandung sekitar 20 ton emas. Tetapi dengan teknologi yang ada saat ini, menambang emas di laut sangat sulit karena butiran-butiran emas terbawa aliran air sehingga yang bisa tertangkap dalam sekali waktu jumlahnya sangat sedikit.


Jadi kesimpulannya?



Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Mau lebih seru lagi? coba pencet Ctrl + D trus klik Done/Ok !

Lagi Viral !

Masih Panas !