Kasus beras sintetis yang sedang marak
diperbincangkan para netizen dan dibesar-besarkan oleh media ini, menimbulkan
keresahan dikalangan masyarakat –terutama ibu-ibu— menjelang bulan puasa dan lebaran
tahun ini. Iya, MENJELANG PUASA DAN LEBARAN.
Merujuk pada hasil penelitian
Sucofindo, dari 250 gram beras plastik hanya terdapat kandungan 7 persen
protein. Sedangkan sisanya mengandung polyvinyl chloride (PVV), atau zat kimia
yang biasa digunakan dalam pembuatan kabel listrik dan pipa, sehingga dari
hasil penelitian Sucofindo ini tentu
logika ekonomi dalam penjualan beras plastik tersebut tak masuk di akal.
Plastik (atau dalam hal ini, polyvinyl
chloride) bukanlah bahan yang murah –atau dalam hal ini, tidak bisa dikatakan
lebih murah dari beras—apalagi dibarengi dengan proses pengolahan plastik
tersebut sehingga didapatkan bentuk seperti beras (sebagaimana yang ada dalam
video Youtube ) karena plastik harus dibuat semirip dengan butiran beras dan
pastinya itu bukan proses pengolahan yang mudah. Maka bila ditimbang dari biaya
produksi dari beras sintetis ini tentunya dari perspektif bisnis sangat tidak
menguntungkan.
Dan, hasil yang SANGAT berbeda dan
kentara dari hasil pemasakan atau perebusan beras sintetis ini, apalagi dari
rasa dan wanginya sangat tidak
mencerminkan beras asli, menunjukan bahwa proyek ini tidak terlalu digarap
dengan baik oleh sang pelaku ATAU memang hal itu bukan fokus utama dari
perilisan beras sintetis ini.
Lalu apa?
Menarik kalau kasus beras sintesis ini
baru diketahui sekarang, menjelang lebaran. Menjelang konsumsi beras meningkat.
Menjelang swasembada pangan. Menjelang larangan pemerintah untuk mengimpor
beras dari luar untuk bulan puasa pekan depan. Padahal dengan mudah sebenernya
kita dapat membedakan hasil pemasakan dari beras sintetis dan beras asli,
terutama untuk orang-orang –ataupun ibu-ibu—yang setiap hari bergelut dengan
nasi, mulai dari pakar kuliner terkenal sampai tukang bubur pinggir jalan,
tukang nasi goreng atau penjual nasi uduk.
Iya, nasi uduk. Terungkapnya
kasus beras sintetis ini tak lepas dari peran Dewi Nurriza Septiani, seorang
penjual nasi uduk dari Mustikajaya, Kota Bekasi. Perempuan berusia 29 tahun
inilah yang mengungkap adanya beras plastik yang kini menghebohkan itu.
Pedagang nasi uduk yang mempunyai akun
Facebook ini terkejut ketika beras yang
dimasaknya tidak seperti beras yang biasa ia masak. Bagaimana akhinya bisa
disimpulkan bahwa beras tersebut adalah beras sintetis adalah karena sebelumnya,
menurut pengakuan Ibu Dewi tersebut, dirinya sempat menonton video Youtube
mengenai beras plastik, dan setelah disamakan ternyata ada kemiripan dengan
beras yang ia masak tersebut.
Kemudian, pada hari minggu tanggal 17 mei 2015, dia pun mengupload beras hasil masakannya tersebut ke media sosial Facebook sehingga akhirnya menimbulkan kehebohan dan menjadi bahan diskusi para netizen. Hingga akhirnya, pada selasa tanggal 19 mei, Ibu Dewi dipanggil Polsek Bantargebang untuk dimintai keterangan seputar temuannya terkait beras plastik ini.
"Saya tertekan waktu itu
karena nggak ada yang mendampingi saat di Polsek Bantargebang. Kesannya saya
yang menyebabkan permasalahan ini terjadi. Padahal saya tidak punya niat
apa-apa selain mencari kebenaran. Tidak ada niat lain,’’ ungkap Ibu Dewi seraya
mengaku dalam pemeriksaan yang dilakukan Polsek Bantargebang selama hampir
semalaman itu, dirinya tidak didampingi kuasa hukum. Kini Ibu Dewi mengaku sudah
bisa sedikit bernafas lega. Dirinya sekarang mendapat pendampingan kuasa hukum
dari LBH Jakarta.
Mengenai video youtube yang membuat
heboh, juga belum dapat dipastikan apakah yang ditayangkan di video youtube
tersebut betul-betul proses pengolahan plastik yang berusaha dibentuk seperti
butiran beras asli atau MEMANG video ini merupakan proses pengolahan bijih
plastik PVC yang mengolah bahan baku PVC YANG DIBENTUK BIJIH –butiran-butiran
yang menyerupai beras—yang nantinya BUKAN untuk dijual sebagai beras melainkan
diproses dan dibentuk menjadi pipa, kabel listrik dan sebagainya.
Video ‘pembuatan beras plastik asal China’ ini tidak memiliki informasi bahwa yang diproduksi adalah beras. Video ini menunjukkan proses membuatan biji plastik yang disebut extrusion, mesinnya namanya extruder. Plastik dicairkan, lalu masuk ke semacam pipa yang dipanaskan dan memiliki pengaduk ulir seperti mata bor. Dari situ, plastik akan keluar seperti odol dan masuk ke saringan seperti membuat cendol, yang membentuk panjang seperti mie. Lalu dicelupkan ke air, karena ‘benang plastik’ ini masih panas dan lembek. Sesudah mengeras, ‘benang plastik’ ini dipotong kecil2 di chopper membentuk pelet atau biji supaya bisa dimasukkan ke karung dan bisa dikirim dengan mudah. Tidak ada yang menunjukkan orang ini sedang bikin ‘beras plastik’!
Kalau sudah seperti itu, sekarang yang perlu ditelusuri adalah
darimana beras sintetis itu berasal? Benar dari cina tiongkok kah?
(seperti yang diberitakan di media sosial) atau murni produk buatan lokal?
Jawaban dari salah satu pertanyaan ini diharapkan bisa mengarahkan kita pada
motif sebenarnya sang pelaku (atau para pelaku) dibalik penyebaran aksi teror
sosial ini.
Seperti dilansir Antara, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengingatkan masyarakat untuk mengkonsumsi beras dalam negeri untuk menghindari ancaman beras plastik.
"Yah kita coba ambil hikmahnya saja, sebagai warga Indonesia mari mengkonsumsi produk-produk dalam negeri," kata Amran di kantornya, Senin (25/2).
Namun, jika benar beras ini hasil impor, maka temuan beras ini merupakan tindak penyelundupan karena sejak awal tahun pemerintah belum mengeluarkan izin impor beras. jika beras plastik tersebut dipasok dari impor, maka komoditas ini masuk Indonesia dengan jalur ilegal. Pasalnya, proses impor makanan dilakukan dengan proses ketat.
Lalu, bagaimana bila berita heboh beras --yang katanya-- sintetis ini asli buatan dalam negeri? bagaimana juga dengan pedagang gorengan yang sengaja mencelupkan plastik bekas ke dalam minyak gorengnya? juga bahan-bahan makanan yang positif mengandung boraks dan zat kimia berbahaya lainnya?
Kalau seperti ini terus sih....
Mari ramai-ramai kita tinggalkan pasar tradisional dan beralih ke supermarket. Ada diskon 10% loh bagi yang punya kartu kredit.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Mau lebih seru lagi? coba pencet Ctrl + D trus klik Done/Ok !